Pages

Rabu, 19 Oktober 2011

BAHAYA ZAT PEWARNA MAKANAN PADA “CENIL” BAGI ANAK

A.    Latar belakang 

Cenil merupakan makanan khas daerah yang bahan bakunya terbuat dari ketela pohon atau lebih dikenal dengan sebutan singkong. Biasanya dijual di pasar-pasar daerah dengan harga yang relatif murah yakni lima ratus hingga seribu rupiah. Disetiap daerah Cenil dikenal dengan nama yag berbeda-beda, ada yang menyebutnya dengan nama “cetil”. Makanan ini dibuat dengan warna-warna yang menarik terutama bisa menarik perhatian anak. Warna yang biasa digunakan adalah warna merah, hijau dan putih (alami/tanpa menggunakan pewarna). 

Sebenarnya, cenil bukan termasuk makanan yang berbahaya. Namun pada kenyataannya anak-anak lebih tertarik dengan warna-warna yang lebih menyolok dan secara tidak langsung memaksa penjual untuk memakai warna-warna yang mencolok tersebut. Akhirnya para pembuat cenil memakai jalan pintas yakni memakai pewarna sintetik yang mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil). 
B.     Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan cenil

Untuk membuat cenil diperlukan bahan-bahan sebagai berikut :
  •  Ketela/singkong
  • Tepung kanji
  • Pewarna makanan
  • Gula
  • Kelapa (parutan kelapa)
  • Garam 

C.     Cara membuat dan menyajikan cenil

Berikut ini dipaparkan cara pembuatan cernil serta bagaimana menyajikan cenil :
1.   a. Ketela/singkong dikupas
b.   Dicuci
c.    Diparut
2.   Parutan singkong diperas diambil seratnya saja
3.   a. Setelah itu serat singkong diberi pewarna makanan
b. Ditambahi gula dan garam cecukupnya
4.   Setelah pencampuran selesai, adonan singkong digelintiri atau dibentuk sesui selera masing-masing. Bisa dibuat bulat atau lonjong.
5.   Direbus selama 10 menit dalam air mendidih
6.   Setelah cenil terangkat keatas, berarti sudah matang. Lalu tiriskan.

Dalam penyajiannya, aneka jajanan pasar ini biasanya disajikan bercampur jadi satu dalam satu wadah yang terbuat dari daun pisang dibentuk kerucut berfungsi sebagai piring. Parutan kelapa serta guyuran air gula merah pekat melengkapi nikmatnya jajanan-jajanan ini. Kelapa/parutan kelapa serta larutan air gula merah ditaburkan diatas cenil yang sudah matang, lalu taburkan juga gula halus diatasnya. Cenil siap untuk disajikan. Bisa dilihat pada gambar berikut :
 
 
A.    Zat pewarna makanan yang membahayakan

Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk menggugah selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik terutama bagi anak-anak. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas, dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen.

Pewarna makanan sintetis yang mengandung bahan kimia mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan seseorang, terutama bagi anak-anak. Celakanya lagi, manusia saat ini mengkonsumsi panganan yang diwarnai, berkali-kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Pewarna makanan digunakan hampir seluruh makanan olahan yang dikonsumsi banyak orang, terutama makanan anak-anak, mulai dari permen, jajanan, sereal, hingga minuman ringan termasuk juga cenil. Untuk itu, sebaiknya kenali terlebih dahulu pewarna makanan pada makanan olahan (makanan).

Penambahan pewarna makanan digunakan dengan tujuan dapat memperbaiki penampilan makanan agar terkesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan mempertajam warna makanan itu sendiri. Namun, adakalanya kita tetap harus mewaspadai makanan yang mengandung zat pewarna, terutama pewarna buatan. Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan pewarna makanan yang digunakan lantaran untuk menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan, menyembunyikan bahan makanan yang sudah rusak atau berubah warna serta menyembunyikan cara produksi atau pengolahan makanan yang tidak benar.

Bahan pewarna makanan terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni pewarna makanan alami dan pewarna buatan (sintetis). 

Pewarna makanan alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain yang berwarna oranye-merah). Umumnya, pewarna makanan alami ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan tidak tahan lama. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dipergunakan dan tidak menimbulkan efek samping. Seperti yang di katakan oleh Kepala Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya drg. Rini Budiarti, “Pewarna alami yang aman itu dari bahan alami seperti kunyit, daun suji, tomat, cabe merah, dan bahan-bahan alami lainnya”.

Sedangkan pewarna buatan atau sintetis untuk makanan diperoleh melalui sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yakni : tartrazin, sunset yellow (untuk warna kuning), allura, eritrosin, amaranth (warna merah), dan beberapa pewarna buatan lainnya. Namun, ada juga pewarna makanan buatan yang tidak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi. Seperti Rhodamin B dan metanil yellow yang sebenarnya merupakan pewarna tekstil yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B dan metanil yellow dapat menyebabkan iritasi mata, kerusakan hati, tumor, dan Kanker jika bahan tersebut terakumulasi di dalam tubuh. Namun, kedua pewarna tersebut masih sering dijumpai dalam produk-produk makanan dan minuman. 

Ciri-ciri pangan mengandung Rhodamin B :
  • Berwarna merah menyala, bila produk pangan dalam bentuk larutan/minuman warna merah berpendar atau berflueresensi.
  • Dalam pengelolaan tahan terhadap pemanasan (direbus/digoreng warna tidak pudar).
  • Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk, es puter).
B.     Dampak zat pewarna makanan sintetis berbahaya bagi anak

Anak-anak sangat tertarik dengan makanan yang berwarna-warni. Pewarna makanan digunakan di hampir seluruh makanan olahan yang dikonsumsi anak-anak, dari mulai permen, sereal, hingga minuman ringan.  Di antara zat atau bahan berbahaya dalam jajanan sekolah yakni boraks (pengawet), bakteri e-coli, dan sacharin (pemanis buatan). Namun ada lagi yang tak kalah berbahaya, yakni kandungan zat pewarna buatan. Biasanya,  zat pewarna banyak ditemukan pada jajanan permen, jeli, kue lapis, serta minuman warna warni. Bahan ini juga terdapat dalam makanan ringan (snack), atau makanan berwarna terang lainnya, misalnya cenil.

Di dalam jajanana anak terdapat zat yang dilarang untuk makanan, yakni rhodamin B. Zat ini biasa digunakan untuk pewarna pakaian (pewarna tekstil). Di samping jajanan sekolah, zat yang sama juga sering dipakai untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. 

Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati. Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Apabila terpapar Rhodamin B dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati dan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian.

Bahan perwarna dapat membahayakan kesehatan bila pewarna buatan ditambahkan dalam jumlah berlebih pada makanan, atau dalam jumlah kecil namun dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Perlu diperhatikan bahwa pada saat ini banyak pengusaha nakal yang menggunakan zat-zat pewarna berbahaya yaitu zat pewarna bukan untuk makanan (non food grade). Misalnya, pemakaian zat pewarna tekstil atau kulit. Selain itu, terjadi juga penggunaan bahan pewarna buatan dengan dosis tidak tepat. Hal-hal tersebutlah yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.

Perilaku hiperaktif pada anak-anak ternyata terkait dengan pewarna makanan dan pengawet sodium benzoat, sebut penelitian yang diterbitkan “The Lancet”, baru-baru ini. Dampak zat-zat tersebut sangat luas, kata para peneliti. Mereka menyarankan para orangtua mengatur makanan anak-anak mereka, karena langkah itu ternyata cara mudah untuk menangani perilaku hiperaktif. Secara keseluruhan, anak-anak yang diberi minuman campuran, maju sekitar 10 persen ke arah hiperaktif. Kita sekarang punya bukti nyata bahwa campuran antara pewarna tertentu dengan pengawet benzoat memengaruhi tingkah laku anak-anak secara merugikan (Jim Stevenson, yang juga profesor psikologi di universitas Southampton).

C.     Menghindarkan anak terhadap makanan yang mengandung zat pewarna yang membahayakan 

Sebagai orang tua yang sangat peduli dengan kesehatan anak-anak maka sebagai orang tua harus bisa dan dilakukan sejak dini dengan cara mengajarkan dan melatih anak untuk melihat dan mengenali mana makanan yang baik dan mana yang tidak. Misalnya sebelum dimakan, anak dilatih untuk melihat, apakah rasa, warna, dan rupa makanan tadi berubah. Dilihat juga, apakah makanan tadi berair atau berlendir. Jadi, anak dilatih untuk melihat apakah dari sisi kualitas makanan-makanan tadi masih bisa dikonsumsi. Nah, kalau anak-anak sudah terlatih, begitu melihat nasi berlendir saja, ia pasti tahu bahwa nasi itu sudah tidak layak makan, misalnya rasanya sedikit kecut, mereka tahu. Warnanya kok “aneh”, anak juga tahu bahwa makanan tadi tentu tidak baik. Orangtua juga harus pandai membaca label jajanan anak. Jajanan anak sekarang ada dimana-mana, dari yang kaki lima sampai yang buatan pabrik. “Kalau dulu hanya warna dan rasa, kini label juga menjadi penting dicermati, karena orang tidak hanya memberi MSG di bakso, tapi juga di makan kemasan. “Jika orangtua melihat ada kemasan yang tidak memberi kejelasan tentang komposisi, sebaiknya komplain”.

Selain itu anak sebaiknya juga diajari tentang kebersihan. Sehingga kalau ia melihat penjual jajan di sekolahnya tidak pernah cuci tangan, misalnya, ia sudah tahu bahwa jajanannya itu tidak bagus. Maka kebiasaan itu akan melekat kepada anak dan anak akan terbiasa untuk hidup bersih, selain itu secara tidak langsung anak akan terhindar dari makanan atau jajanan yang mengandung zat pewarna yang berbahaya.

Tips memilih makanan yang aman secara kasat mata :
1.      Carilah makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok
Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya anda pilih makanan atau minuman dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Hal ini karena makanan yang terlihat mencolok atau ‘ngejreng’, kebanyakan dari pewarna makanan sintetis yang biasa digunakan untuk pewarna tekstil. Seperti halnya Rhodamin B yang membuatwarna makanan terlihat lebih ‘ngejreng’.
2.      Test terlebih dahulu jika memilih makanan atau minuman yang berwarna
Caranya, uji cobalah dengan menempelkan makanan ke tangan atau kain. Jika warnanya menempel dan sulit untuk dihilangkan, berarti makanan tersebut menggunakan pewarna yang tidak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi. “Lebih baik anda memilih warna makanan yang soft atau halus, karena pewarna makanan alami warnanya tidak ‘ngejreng’ dan cenderung soft,” jelas drg. Rini.
3.      Kenalkan sejak dini pada anak
Tidak cukup dengan mengetahui pewarna yang aman atau tidak aman, kenalkan juga sedini mungkin pada anak-anak, makanan yang aman dan tidak aman. Sehingga anak-anak mengetahui makanan yang boleh ia makan atau tidak. Hal itu untuk mengantisipasi anak, jika terpaksa ia harus jajan diluar, ia akan memilih makanan yang aman.
4.      Biasakan anak sarapan dirumah
Biasakan anak sarapan dirumah sebelum berangkat sekolah, dan beri bekal untuk makan siang anak. Karena dengan anak sarapan pagi dirumah, maka meminimalkan anak untuk  jajan diluar yang memang belum terjamin keamanan dan kebersihannya.
5.      Baca jenis dan jumlah pewarna yang dipergunakan
Setiap kali membeli makanan dalam kemasan, teliti dan baca jenis dan bahan pewarna yang dipergunakan dalam produk tersebut. Hal ini untuk mengetahui jumlah kandungan bahan pewarna yang dipakai di makanan tersebut.
6.      Perhatikan label pada setiap kemasan produk
Pastikan di label makanan tercantum izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis POM beserta no izin pendaftaran. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah tangga, maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dan nomor izin pendaftarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar