Pages

Kamis, 27 Oktober 2011

pengasuhan moral anak usia dini

A.    Perkembangan moral anak usia 4-6 tahun

1.      Pengertian perkembangan moral
Perkembangan moral (moral development) melibatkan perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku mengenai aturan serta kesepakatan tentang apa yang harus dilakukan dalam interaksi anak dengan orang lain. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku. Lawrnce Kohlberg mengatakan bahwa perkembangan moral seorang anak erat hubungannya dengan cara berpikir seorang anak. Artinya, bagaimana seorang anak memiliki kemampuan untuk melihat, mengamati, memperkirakan, berpikir, menduga mempertimbangkan dan menilai akan mempengaruhi perkembangan moral dalam diri anak. Semakin baik kemampuan berpikir seorang anak, maka semakin besar kemungkinan anai memiliki perkembangan moral yang baik.
Perasaan moral (felling)atau kecemasan dan rasa bersalah merupakan pusat perkembangan moral yang diajukan oleh tori psikoanalisis Sigmund freud.menurut freud untuk mengurangi kecemasan, hindari hukuman, dan pertahankan kasih sayang orangtua, anak-anak mengidentifikasikan orangtua menginternalisasikan standar benar-salah merekan sehingga mengembangkan superego, elemen moral kepribadian (Santrock, 2011:92)


2.      Tahapan perkembangan moral
a.      Tahap perkembangan moral Jean piaget
Piaget memfokuskan pada aspek cara berpikir anak kelompok usia 4-12 tahun yang terlibat dalam suatu permainan. Ia mempelajari anak menggunakan aturan. Anak berpikir tentang moralitas dalam 2 cara/tahap, yaitu:
1.      Heteronomous Morality (Usia 4-7 tahun)
Merupakan tahap pertama perkembangan moral menurut teori Piaget yang terjadi kira-kira pada usia 4-7 tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali manusia. Pemikir Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku.
2.      Transisi (Usia 7-10 tahun)
Anak-anak berada dalam masa trnasisi, menunjukkan sebagian fitur tahap pertama penalaran moral dan sebagian fitur tahap kedua, moralitas otonom.
3.      Autonomous Morality (>10 tahun)
Tahap ketiga perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan oleh anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak menjadi sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh manusia dan dalam menilai suatu tindakan, seseorang harus mempertimbangkan maksud-maksud pelaku dan juga akibat-akibatnya.
b.      Tahap perkembangan moral Lawrnce Kohlberg
Pandangan piaget tentang tahapan perkembangan moral anak kemudian memberikan inspirasi bagi Kohlberg untuk melanjutkan dan menguraikn tahapan perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1.      Pra-konvensional morality
Penalaran prakonvensional (preconventional reasoning) adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai mora, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.
a.       Tahap pertama, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis. Perilaku anak sagat dipengaruhi oleh konsekuensi fisik dan hedonistik yang diterima anak sebagai balasan atas perilakunya. Boleh-tidak boleh, dimarahi-dipuji, diintepretasikan anak sebagai indikator atas perbuatan yang dilakukan itu baik dan buruk. Perbuatan yang dilakukan atas dasar hanya hukuman dan pujian disebut pinishment and obedience orientation. Anak juga mengitepretasikan suatu perbuatan sebagai perbuatan baik jika memuaskan dirinya dan memuaskan orang lain.
b.      Tahap kedua, individualisme dan tujuan (individualism and purpose), anak menyesuaikan terhadap harapan sosial untuk memperoleh harapan sosial untuk memperoleh penghargaan. Pada tahap ini, penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
2.      Conventional morality
Penalaran konvensional (conventional reasoning) ialah tingkat kedua atau tingkat menengah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, internalisasi individual ialah menengah. Seseorang menaati standar-standar  (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati standar-standar orang lain (eksternal), seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat.
a.       Tahap pertama, Norma-norma interpersonal (interpersonal norms). Anak mendasarkan perilakunya atas harapan setiap anggota kelompoknya atau bangsanya. Anak mulai menyelaraskan perilakunya dengan aturan sosial. Pada tahap ini disebut “the good boy-nice girl”, “anak perempuan yang baik” atau “anak laki-laki yang baik”.
b.      Tahap kedua, moralitas sistem sosial (social system morality) anak menyesuaikan dengan peraturan sosial dan anak harus bisa menerima dan melakukan peraturan itu agar dapat bertahan dan terhindar dari ketidaksetujuan sosial. Tahap ini disebut “law and order orientation”, anak mulai sadar akan adanya aturan dan keharusan untuk mentaati aturan tersebut.
3.      Post-conventional morality
Penalaran pascakonvensional ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
a.       Tahap pertama, Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual (community rights versus individual rights) anak sudah memiliki berbagai pertimbangan dari segi moral, aturan dan konsekuensi ataas suatu perbuatan. Anak dapat memilih suatu perbuatan dan siap mempertanggungjawabkan segala konsekuensinya.
a.       Tahap kedua, Prinsip-prinsip etis universal (universal ethical principles) anak menyesuaikan dengan standar sosial dan cita-cita internal untuk menghindari rasa tdak puas dengan diri sediri bukan untuk menghindari kecaman sosial dan ketidak setujuan soaial. Anak berperilaku lebih kepada pemberian peghargaan dari orang lain. 

3.      Fase perkembangan moral
Menurut Hurlock (2010:80, bila moralitas yang sesungguhnya harus dicapai, perkembangan moral harus terjadi terjadi dalam dua fase yang jelas, yaitu:
1.      Perkembangan perilaku moral
Anak dapat belajar untuk berperilaku sesuai dengan cara yang disetujui melalui cara coba-coba ralat, melalui pendidikan langsung, atau melaui identifikasi. Di antara ketiganya, pendidikan langsung dan identifikasi bukan saja merupakan metode terbaik tetapi juga yang paling luas digunakan.
-        Belajar dengan coba ralat
Bila anak belajar untuk bersikap sesuai dengan apa yang diterima secara sosial oleh masyarakat dengan cara coba-ralat, mereka melakukannya dengan mencoba sesuatu pola perilaku untuk melihat apakah itu memenuhi standar sosial dan memeproleh persetujuan sosial. Bila tidka mereka mencoba metode lain, begitu seterusnya.
-        Pendidikan langsung
Pertama-tama anak harus belajar memberi reaksi tertentu yang tepat dalam situasi tertentu. Ini mereka lakukan dengan mematuhi peraturan orangtua dan orang lain yang berwenang.
-        Identifikasi
Bila anak mengidentifikasikan dengan orang yang dikaguminya, mereka meniru pola perilaku dari orang tersebut biasanya secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari mereka. Indentifikasi sebagai sumber belajar perilaku moral semakin penting tatkala anak bertambah besar dan melawan terhadap disiplin di rumah dan di sekolah.
2.      Perkembangan konsep moral
Fase kesua dari perkembangan moral anak adalah fase belajar tentang konsep moral, atau prinsip-prinsip benar dan salah dalam bentuk abstrak dan verbal. Ini tentu saja terlalu sulit bagi seorang anak kecil.clatihan dalam prinsip moral karenanya harus menunggu hingga anak telah mempunyai kemampuan mental untuk membuat generalisasi dan mentransfer prinsip tingkah laku dari situasi ke situasi yang lain.
Anak prasekolah, mendefinisikan “perilaku baik” dalam bentuk tindakan tertentu misalnya mematugi ibu atau membantu orang lain dan “perilaku buruk” dalam arti tidak melakukan hal-hal tersebut. 

4.      Standar pencapaian perkembangan moral anak usia 4-5 tahun
Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yng diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, naun demikian perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum.
Tingkat pencapaian perkembangan moral dan agama anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut :
Usia 4-<5 tahun
1.      Mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya
2.      Menuiru gerakan beribadah
3.      Mengucapkan doa sebelum dan/atau sesudah melakukan sesuatu
4.      Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk
5.      Mengucapkan salam dan menjawab salam
Usia 5-<6 tahun :
1.      Mengenal agama yang dianut
2.      Membiasakan diri beribadah
3.      Memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb)
4.      Membedakan perilaku baik dan buruk
5.      Mengenal ritual dan hari besar agama
6.      Menghormati agama oranglain

B.     Pengasuhan moral anak usia dini
1.      Pengertian pengasuhan
Pengasuhan atau parenting adalah proses menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa yang berbentuk interaksi dan pemberian stimulus dari orang dewasa (orang tua) di sekitar kehidupan anak. Myers mengungkapkan beberapa aktivitas dalam pengasuhan yaitu melindungi anak, memberikan perumahan atau tempat perlindungan, pakaian, makanan, merawat anak, memberikan kasih sayang dna perhtian pada anak, berinteraksi dengan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan kemampuan sosialisasi dengan budayanya (Latiana, 2010:24).
Piaget dan Kohlberg berpendapat bahwa orangtua tidak memberikan masukan unik atau penting bagi perkembangan moral anak. Orangtua, dalam pandangan mereka, bertanggungjawab untuk menyediakan kesempatan pengambilan peran, konflik kogitif, dan aturan namun teman sebaya memainkan peran utama dalam perkembangan moral (Santrock, 2011:94).

2.      Pengertian pengasuhan moral
Pengasuhan moral merupakan proses mendidik anak yang dilakukan oleh orang dewasa (orang tua atau orang yang berada disekitar anak) kepada anak untuk menumbuhkan perilaku yang sesuai dengan kode moral yang dianut oleh suatu kelompok sosial berisi tata cara, kebiasaan dan adat. Didalam pengasuhan moral mengajarkan anak untuk membuat keputusan mana yang baik dan mana yang salah jauh lebih berarti daripada mengajarkan anak untuk memilih perilaku yang akan ia lakukan.
Orang tua merupakan pengasuh yang bertanggungjawab untuk menyedikan kesempatan pengambilan peran, konflik kognitif, dan aturan. Hubungan orangtua-anak memperkenalkan anak-anak dalam hubungan yang lebih erat. Kewajiban orangtua adalah terlibat dalam pengasuhan positif dan membimbing anak-anak untuk menjadi manusia yang kompeten. Kewajiban anak-anak adalah merespon inisiatif orangtua secara proaktif dan memelihara hubungan yang baik dengan orangtua. Kelekatan aman (secure attachment) dapat memainkan peran penting dalam perkembangan moral anak. Kelekatan aman dapat menempatkan anak pada sebuah jalur positif untuk menginternalisasikan tujuan sosialisasi orangtua dan nilai-nilai keluarga (Kochanska dalam Santrock, 2011:95).
Sebuah strategi pengasuhan menjadi usaha proaktif yang penting untuk mencegah terjadinya potensi perilaku salah oleh anak-anak sebelum hal tersebut terjadi. Dengan anak-anak yang lebih muda, bersikap proaktif berarti menggunakan pengalihan seperti mengalihkan perhatian mereka atau menggerakkan mereka ke aktivitas alternatif. Dengan anak-anak yang lebih tua, bersikap proaktif mungkin melibatkan berbicara dnegan mereka mengenai nilai-nilai ang orangtua anggap perlu. Mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut dapat dapat membantu anak-anak yang lebih tua dan remaja mampu menolak godaan muncul yang tidak terelakkan dalam konteks seperti hubungan teman sebaya dan media yang bisa saja berada diluar lingkup pemantauan langsung orangtua.


Pengasuhan moral anak usia 4-6 tahun
Usia 4-6 tahun merupakan usia dimana anak memasuki masa pra-sekolah. Menurut tahapan perkembangan moral Jean Piaget, pada usia ini anak merupakan moralis heteronom. Dimana anak mempunyai konsep mengenai benar dan salah yang dipelajari dari orang tua, secara bertahap anak memodifikasi perilaku tersebut. Pada usia ini, anak memiliki kecenderungan aktis dan suka melakukan hal-hal yang baru ditemuinya. Anak-anak melakukan sesuatu seperti halnya yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang ada disekitar anak. Konsep mengenai baik-buruk dan benar-salah sudah mulai dikenal oleh anak. Anak mengerti konsep mengenai baik-buruk dan benar-salah berdasarkan hukuman dan penghargaan dari orang lain (orang tua tau orang dewasa yang ada di sekitar anak). Apabila anak mendapatkan penghargaan maka anak akan mengulanginya karena ia sadar bahawa perilakunya adalah baik dan benar. Tetapi sebailnya apabila anak mendapat hukuman maka anak mengetahui bahwa perilakunya adalah salah dan buruk, maka kemungkinan anak tidk akan melakukannya lagi agar tidak mendapatkan hukuman.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak, tidak mengherankan jika apa yang terjadi dan berlangsung di dalma keluarga akan menentukan bagaimana kualitas anak yang akan terbentuk. Perkembangan moral anak juga akan terbentuk di dalam keluarga dan lingkungan disekitar tempat anak tinggal. Keluarga yang baik juga menentukan kualitas perilaku moral anak.
Dari orang tua, pengasuhan utama yang diberikan kepada anak tentang moral. Stimulus dalam pengasuhan moral anak usia 4-6 tahun, sebagi berikut:

1.      Keluarga yang harmonis
Keluarga yang harmonis memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Lingkungan harmonis akan menimbulkan perasaan nyaman bagi anak yang akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu dengan baik dan dengan nyaman pula.
Misalnya :
Melakukan kegiatan didalam rumah bersama-sama seluruh anggota keluarga berdasarkan tugas masing-masing anggota keluarga. Misalnya, ibu menyiapkan makan (memasak), ayah menemani anak untuk bermain. Jadi ada kerjasama antara ayah dan ibu dalam hal pengasuhan anak. Agar anak merasa nyaman. 
2.      Komunikasi yang baik
Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak perlu diperhatikan. Kadang-kadang karena kesibukan orang tua dalam bekerja sehingga waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Komunikasi yang baik dan cukup merupakan salah satu pemberian perhatian yang sangat diperlukan oleh anak dalam memaksimalkan perkembangannya. percakapan yang terkain dengan perkembangan moral dapat berguna untuk anak-anak, apakah percakapan tersebut muncul sebagai disiplin tatap muka atau diluar tatap muka dalam arus interaksi orangtua-anak sehari-hari (McGinley dalam Santrock, 2011:95).
Contohnya seperti yang dikemukakan oleh Santrock (2011:95) yaitu percakapan-percakapan yang dapat direncanakan atau spontan dan dapat terfokus pada topik-topik, seperti:
1.      Peristiwa masa lalu, misalnya perilaku salah anak sebelumnya atau perilaku moral positif.
2.      Peristiwa bersama di masa depan, misalnya pergi ke suatu tempat yang mungkin melibatkan godaan yang memerlukan perilaku moral positif.
3.      Peristiwa-peristiwa seketika, misalnya berbicara dengan anak-anak tentang kemarahan saudara kandung.
Misalnya :
Orangtua memberikan perhatian yang lebih ketika anak tersebut menginginkan sebuah komunikasi yang baik dengan orangtuanya. Hal ini akan membuat anak merrasa dihargai dan akan berdampak pada perkembangan moral si anak untuk terbiasa menghargai ucapan atau perkataan orang lain.
Menjadi pendengar yang baik merupakan tugas orang tua untuk dapat memberikan perhatian dari sisi moral dan emosional anak. Terkadang anak usia 4-6 tahun sudah memiliki beberapa masalah yang seedang dialami baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat luas. Untuk itu perlu adanya dukungan dan perhatian dari orangtua. Tidak sekedar menjadi orangtua bagi anak namun juga bisa menjadi seorang sahabat untuk anak.
3.      Mencontohkan
Memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan tampil atau muncul dari anak, sejalan dengan pengertian yang diberikan. Pemberian contoh adalah cara paling efektif dalam memberikan pelajaran moral pada anak. Pemberian contoh yang dilakukan orangtua haruslah konsisten dan ada kerjasama antara ayah dan ibu serta anggota keluarga yang lain.karena bila tidak akan menimbulkan kerancuan bahkan kebingungan yang dialami anak yang berdampak si anak akan meninggalkan semua contoh yang sudah diberikan dan memilih melakukan segala sesuatunya dengan kehendak sendiri.
4.      Memuji
Memuji anak atas sikap dan perilakunya yang positif adalah tindakan yang tepat untuk menguatkan sikap dan perilaku tersebut. Dengan mendapatkan pujian atas sikap dan atau perilakunya itu, anak mengerti bahwa sikap dan perilakunya itu positif dan sesuai dengan harapan lingkungan. Anak akan merekam dalam ingatannya tentang perilaku tersebut dan akan termotivasi untuk mengulangi sikap dan perilaku. Pemberian nilai positif ini bisa diselingi dengan pemberian hadiah. Namun tetap harus konsisten ketika memang ada sebuah hadiah yang akan diberikan.
5.      Mengabaikan
Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak tidak disetujui. Biasanya tingkah laku tersebut tidak disetujui karena dipandang tidak sesuai untuk dilakukan si anak.
Misalnya :
Ketika anak menangis karena jatuh namun tidak mengalami cedera yang berarti, sebagai orangtua tidak perlu terlalu cemas menghadapi tangisan anak. Hal itu akan memberikan pengertian kepada anak tentang sikap dia menangis adalah benar karena si ibu tampak kelihatan baik dihadapan anak ketika anak menangis.
Sebaiknya si ibu tidak langsung mengkhawatirkan kondisi anak dengan terlalu berlebihan bila memang tidak ada yang perlu penanganan lebih lanjut. Ibu tetap memperhatikan anak namun tidak lantas dihampiri dan terlalu di berikan perhattian lebih. Anak akan mengerti bahwa ia tidak perlu menangis ketika jatuh karena ibunya tidak menghampirinya ketika jatuh.
6.      Membiarkan
Membiarkan berarti menerima sikap anak-anak dengan sabar, tenang dan tidak kesal selama perbuatan terssebut tidak berbahaya dan tidak merusak. Namun juga berarti tidak membiarkan kegiatan tersebut berlangsung seterusnya. Tujuannya adalah agar anak berkesempatan mengeksplorasi akibat tingkahlakunya dalam interaksinya dengan lingkungan. 


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. (1979). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Ibung, Dian. (2009). Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia.
Latiana, Lita. (2010). Pendidikan Anak Dalam Keluarga (Bahan ajar). Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
Santrock, John W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Suyanto, Slamet. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
-, (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar