Pages

Rabu, 16 November 2011

Anak Berkebutuhan Khusus BUKAN Produk Tuhan yang GAGAL


Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.  
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang terkena disfungsi otak. Disfungsi otak merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan akibat dari adanya cedera atau kerusakan, kelainan perkembangan gangguan keseimbangan biokimiawi atau gangguan aktifitas listrik dalam otak. 
Fungsi Belahan Otak
Otak terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Belahan otak kiri: komunikasi verbal, linguistik, logis, analitis, praktis sedangkan belahan otak kanan: komunikasi non verbal, pragmatik, orientasi ruang (visual – spesial), imajinasi, kreasi, spiritual, seni, holistik – intuitif.
Penyebab Anak Kebutuhan Khusus
Banyak faktor penyebab disfungsi otak: mulai dari masa kehamilan ibu (kurang gizi, merokok, mengalami pendarahan), saat melahirkan (kelahiran yang sulit, lahir premature), atau saat bayi lahir (tidak langsung menangis, nampak biru, pucat, kuning) dan setelah bayi lahir (mengalami radang otak atau cedera kepala).

Yang Termasuk Kedalam Anak Berkebutuhan Khusus:

Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Tunagrahita (keterbelakangan mental)
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
Gejala yang timbul pada umumnya nyata berupa keterlambatan hampir semua aspek perkembangan anak seperti perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif, wicara-bahasa, sosial dan bantu diri. Contoh : anak sindrom Down, Mental retardasi. Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Sindrom Down Manifestasi klinis
Wajah sangat khas dan tidak tergantung ras, diantaranya sebagai berikut :
  •  Wajah tampak datar.
  •  Jembatan hidung yang lebar dan datar.
  •  Garis mata cendrung miring keatas.
  •  Lidah cendrung menjulur keluar, karena maksli kecil dan palatum sempit
  • Telinga kecil dan letak rendah
  •  Sering diikuti gangguan refraksi mata.
  •  Kepala berbentuk brakisefali dan kecil.
  •  Jari tangan kelima biasanya melengkung dan pendek.
  •  Garis simian.
  •  Tangan lebar dan jari tangan pendek.
  •  Terdapat celah lebar antara jari kaki I dan II
  •  40% disertai kelainan jantung : VSD, ASD, PDA.
  •  Kadang-kadang disertai atresia ani, atresia duodenum, hirschprung.
  •  Retardasi mental bervariasi
  •  Keterlambatan perkembangan motor, adaptif, dan sosialisasi sebelum usia 1 tahun.
  •  Pemeriksaan neurologis pada bayi : sering sulit minum dan apatik, hipotonia, refleks lambat, ikterus fisiologis yang memanjang.
  •  Kejang berkisar antara 2 – 9%.
  •  Gangguang fungsi kel teroid pada beberapa pasien.
  •  Tinggi badan biasanya kurang dari rata-rata. 
Kriteria diognostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu:
  • Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
  •  Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi , kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
  •  Onsetnya sebelum usia 18 tahun.
  • Preokupasi terhadap bagian dari benda  
Autisme
Gejala yang dijumpai adalah tidak adanya kontak mata, menyendiri, (sulit bersosialisasi), adanya perilaku yang stereotipik seperti terpaku pada objek tertentu (putaran kipas angin), menolak suatu perubahan, terlambat perkembangan bicara membeo, sulit berdialog, sering disertai hiperaktivitas.
Kreteria diagnosis 299.00 gangguan autistic, enam atau lebih gejala (1), (2), dan (3), dengan paling sedikit 2 dari (1) dan 1 dari masing-masing (2) dan (3), yaitu :
  1. Gangguang kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari gejala berikut:
    1. Gangguan yang jelas dalam perilaku non verbal (perilaku yang dilakukan tanpa bicara) Misalnya kontak mata. Ekspresi wajah, posisi tubuh, dan mimik untuk mengatur interaksi sosial.
    2. Tidak bermain dengan teman seumurnya, dengan cara yang sesuai.
    3. Tidak berbagi kesenangan, minat atau kemampuan mencapai sesuatu hal dengan orang lain, misalnya tidak memperlihatkan mainan kepada orang tua, tidak menunjuk kesuatu benda yang menarik , tidak berbagi kesenangan dengan orang tua.
    4.  Kurangnya interaksi sosial timbal balik misalnya: tidak berpartisipasi aktif dalam bermain, lebih senang bermain sendiri.
  2. Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari gejala berikut:
    1.  Keterlambatan atau belum dapat mengucapakan kata-kata berbicara, tanpa diserta usaha kompensasi dengan cara lain misalnya mimik dan bahasa tubuh.
    2.  Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau mempertahankan komunikasi dengan orang lain.
    3.  Penggunaan bahasa yang streotipik dan berulang, atau bahasa tidak dapat di mengerti.
    4.  Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain meniru secara sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.  
  3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah (stereotipik), yang ditunjukan dengan adanya 2 dari gejala berikut.
    1. Minat yang terbatas, stereotipik, menetap dan abnormal dalam intensitas dan fokus
    2. Keterikatan pada suatu ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku dan tidak fleksibel
    3. Gerakan motorik yang stereotipik dan berulang, misalnya : Flapping tangan dan jari, gerakan tubuh yang kompleks.
Attention Deficit Hiperaktivity Disorders (ADHD)
Ciri –Cirinya :
  • Tidak bisa mempertahankan perhatian, Mereka sangat mudah beralih, Perhatiannya pada hal-hal disekitarnya, Mudah bosan, Kemampuan ingatan jangka pendek rendah.
  •  Impulsif: Ketidakmampuan untuk mengontrol diri, Mereka sering dicap anak yang agresif, tidak tahu aturan, suka merebut barang teman, tidak sabar menunggu.
  •  Hiperaktif: Efek hiperaktifitas ini menjadi lebih buruk karena gabungan dengan impulsifitas. Kondisi ini menyulitkan anak saat belajar, duduk tenang, mendengarkan guru, mengerjakan tugas.
  •  Tidak terpuaskan butuh stimulasi dan perhatian yang terus menerus, dan harus segera terpenuhi.
  •  Kurang mampu melakukan interaksi sosial, tidak mengerti cara berinteraksi dengan baik, sering berprilaku kasar dan menjengkelkan teman, sering mengatakan hal yang tidak tepat.
  •  Koordinasi motorik halus buruk, tulisan sulit dibaca, kesulitan mewarnai, dan mengikat tali sepatu.
  •  Tidak teratur, umumnya tidak terorganisir, tidak rapi berpakaian, mengurus alat sekolah, dll. Pelupa, senang menunda tugas.
  •  Self esteem rendah dikarenakan kegagalan yang terus menerus serta komentar orang sekitar tentang anak GPPH.
  •  Mengalami kesulitan belajar, termasuk kesulitan dalam membaca, menulis, bahasa, matematika, atau kombinasi. Dari tes intelegensi : prestasinya jauh dibawah potensi yang dimiliki.
Cerebral palsy (CP)
Adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gambaran klinis Celebral Palsi:
  1. Paralisis: Kelumpuhan dapat berupa : Flacid (layuh), spastic (kaku), dapat berbentuk hemiplegi (separuh badan kanan/kiri), Quariplegi (empat anggota gerak , Diplegi (dua kaki), monoplegi (1 anggota gerak).
  2.  Gerak involunter: Yaitu gerakan yang tidak terarah dan tidak sesuai pola gerak .
  3.  Ataxia: Yaitu gangguan koordinasi karena kerusakan otak kecil. Contohnya : Jalannya lambat dan semua pergerakan menjadi canggung.
  4.  Kejang, Dapat bersifat umum (seluruh tubuh) atau fokal (satu bagian tubuh).
  5.  Gangguan mental, ditemukan dari 1/3 anak penderita CP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar